
Kisah ini berawal ketika aku mulai mengerti arti kehidupan. Saat seorang teman bercerita kepadaku tentang indahnya dunia. Seorang teman itu bernama Nia, dia becerita kepadaku tentang seorang laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah seorang sahabatku sejak kecil. Nia berkata bahwa di hatinya mulai muncul benih-benih cinta yang tertuju pada sahabat kecilku yang bernama Kiki.
Benih-benih cinta itu kian meluap diiringi oleh dukungan dari teman-temanku yang lain. Dengan dukungan itu akhirnya Kiki mencoba untuk mengungkapkan isi hatinya. Nia begitu bahagia, tapi tak di iringi oleh perasaan hatinya. Cinta yang diberikan Kiki bukanlah cinta sejati, namun cinta yang dibuat karena perasaan ingin tahu.
Begitu lama Nia memendam perasaan cinta tanpa cinta, hingga akhirnya dia menangis dipundakku dan berkata, “ mengapa dia seperti ini ? apakah aku bisa mengambil hatinya ? apakah tak ada satu kesempatan untukku bertahan dihatinya ? “. Dengan nada menghibur aku coba untuk member semangat, ku bilang, “ aku yakin suatu saat dia akan membukakan hatinya, mungkin bukan hari ini, sabarlah, kalo bukan dia, pasti aka nada cinta yang lain.” Aku cukup tenang dengan kata-kata yang kuberikan, karena hanya itu yang kurasa bisa membuat dia kembali menghias wajahnya dengan senyuman.
Keesokan harinya, saat pulang sekolah, aku pulang bersama dengan Kiki, karena kita sudah bertetangga sejak kami masih kecil. Ku tanyakan pada dia apa yang sedang melanda hatinya saat ini. “ sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan Nia ? benarkah yang dia katakana bahwa dalam hubungan kalian tak ada cinta yang sesungguhnya ?”, kataku. “ Aku juga tak tau dengan apa yang kurasakan, tapi sejujurnya aku juga tak ingin melukai hatinya !”, jawab Kiki. “Lalu kenapa kamu buat dia tersiksa jika kamu tak ingin melihatnya terluka ?”, bantahku. Kiki diam sejenak, sepertinya ada yang sedang ia pikirkan.
“Sebenarnya aku juga tak ingin seperti itu, yang ku cintai bukanlah dia, tapi seorang yang lain. Aku memutuskan untuk bersamanya karena aku kasihan jika melihat kasihnya yang tak sampai kepadaku”, kata Kiki dengan nada penyesalan. “Lalu, siapa seorang lain itu ?”, tanyaku dengan penuh tanda Tanya.
Kiki terdiam sejenak, seprtinya ia ragu untuk menjawab pertanyaanku. Sambil ku ajak dia duduk di sebuah bangku kecil di sebuah taman dekat rumah kami. Sepertinya ia masih ragu untuk memberitahuku, mungkin ia merasa tidak enak karena aku juga sahabat dari Nia. “nanti kamu juga akan tahu sendiri, pasti kaget kalo tahu apa yang sebenernya”, kata Kiki sambil melucu. Aku mencoba memahami posisi Kiki, tak ku teruskan pertanyaan sederhana namun butuh nyali untuk mengatakannya. Yang terpenting saat ini aku tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Ponselku pun bordering, tanda ada sms masuk, yang ternyata itu adalah sms dari Kiki, dan kami pun mulai melakukan percakapan singkat. Kiki : kamu mau tahu siapa yang ku cinta ?. Aku : ya jelaslah, memang siapa dia ? Kiki : orang yang menemaniku selama ini. Aku : memangnya siapa ? jangan buat penasaran ah ! Kiki : KAMU !iya, orang yang selama ini ku cintai adalah kamu, maaf selama ini aku tidak berani mengungkapkannya, sehingga terpaksa membuat temanmu terluka. Aku : APPA ? AKU ? lalu bagaimana dengan Nia ? aku tak mungkin mengianatinya ! Kiki : maaf, tapi bisakah kali ini kita bertemu, aku tunggu di taman jam 7 ini. Aku mulai berfikir sejenak, memahami kata-kata yang dingkapkan oleh Kiki. Ku akui memang aku sedikit menyimpan rasa, tapi prinsip dalam hidupku adalah “semua demi teman”.
Akhirnya aku bertemu dengan Kiki di taman, dia mulai menceritakan perasaannya kepadaku. Dengan penyesalan yang teramat sangat, dia merasa hina didepanku, mungkin dia juga sudah menerka-nerka apa yang akan aku katakana. Saat dia bertanya bagaimana yang ak rasakan aku hanya bisa berkata, “ maaf, tapi kamu milik temanku, bagaimana mungkin aku bisa memilikimu ? aku tak ingin membuat dia terluka hanya karena cinta. Kalaupun cinta itu memang untukku, kenapa tak kau sampaikan sejak dulu, sebelum perasaan itu dimiliki oleh Nia. Kiki terdiam, lalu ia berkata, “ aku akan menyudahi ini semua, aku juga tak ingin Nia terluka, biar dia bahagia meski bukan dengan ku, meski ku tahu itu akan membuat dia semakin kecewa. Tapi.. bisakah aku bersamamu setelah ini ?”. pertanyaan itu benar-benar membuatku tak bisa berkata apa-apa.
Setelah berdiam selama beberapa saat aku pun mulai membuat pernyataan yang cukup bijaksana dan membuatku tenang. Aku berkata, “ maaf, mungkin saat ini belum bisa, aku tak ingin melukainya, kau pun harusnya tau apa prinsipku selama ini. Tapi.. tak taulah dengan waktu yang akan datang. Bisakah kamu menunggu beberapa waktu ? hingga lukanya benar-benar sembuh ? karena aku tak ingin menambah luka dihatinya, dan aku juga ingin ini menjadi rahasia antara kita saja”. “baiklah, aku akan menunggumu, dan berjanji jika ini hanya rahasia antara kita,” jawabnya. Aku mulai tenang dengan santai aku berkata, “baik, kalo kita jodoh pasti akan bersatu ! ”