Sabtu, 19 November 2011

KETIKA TAK ADA LAGI CINTA DALAM HIDUPKU


Malam itu adalah malam terburuk dalam hidup.ku, dimana aku merasa bahwa aku adalah orang paling menyedihkan di dunia. “prak” bunyi lemparan piring, guci dan benda lainnya. Ku dapati ayah dan ibu.ku sedang berseteru dengan hebatnya. Malam itu adalah pertumpahan darah dan hati bagi mereka, ya… “perselingkuhan” adalah masalah utamanya.
Ayah.ku berselingkuh dengan teman kantornya, ya.. dia lebih cantik, muda, dan juga kaya daripada ibuku. Ibu.ku tidak terima akan hal itu, tanpa pikir panjang beliau langsung menggugat cerai ayah dan menghajarnya habis-habisan.
Selang beberapa minggu setelah proses perceraian berlangsung, aku sadar bahwa ibu.ku bukan seperti yang dulu lagi. Beliau sering marah, menangis, dan tertawa sendiri. Aku sempat takut melihatnya, tapi mengingat tekanan batin yang di terimanya, aku tak sampai hati untuk menjauh darinya. Hal buruk yang pernah terjadi adalah saat aku membawa pacarku kerumah, inu sempat histeris, beliau menganggap bahwa pacarku itu adalah sosok ayah yang telah menghianati beliau. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengakhir.i hubungan kami.
Aku sempat berkonsultasi kedokter mengenai hal terbaik yang bisa ku lakukan untuk ibu, tapi mengingat sifat ibu yang keras kepala, dokter hanya menyarankan.ku untuk bersabar dan selalu mendukung ibu. Tapi apa daya ? aku sendiri sudah tidak cukup kuat untuk menahan beban itu sendiri.
Ku lalui malam hariku dengan menghirup sedikit udara malam yang dingin, duduk sendirian di sebuah bangku taman dan melihat bintang yang tidak begitu indah, ya.. mungkin bintang sedang menggambarkan suasana hatiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang sudah tidak asing bagiku, ya.. dia adalah ayah. Menanyakan kabarku dan kabar ibuku membuat hatiku begitu terluka, walau sebenarnya maksud ayah baik, tapi entah kenapa rasa sakit itu masih muncul di hatiku. Ku putuskan untuk pergi, berlari sekencang mungkin agar kudapat menghilangkan sedikit prasangka buruk di hatiku.
“bruk” aku menabrak seseorang, dan ternyata dia adalah kakak kelasku Dion. “kamu kenapa lari-lari begitu ? dikejar anjing ?” tanyanya. “ehhmm, maaf kak, aku baru saja bertemu dengan seseorang yang paling ku benci dalam hidupku !” jawabku sambil terengah-engah. Dia memberikanku minuman dan bertanya “memang siapa yang kamu benci ? oo.. kamu abis ketemu pacar kamu ya ? siapa tuh, yang anak kelas sebelah ? :P. “oohh.. bukan itu udah mantan, orang yang aku benci tuh…. ?,” jawabku terpotong, aku berfikir sejenak, ingin sekali aku menceritakan semua masalahku pada seseorang, tapi aku takut semua orang tau, tapi kak Dion ? ya.. mungkin ku ceritakan saja padanya.
Akhinya aku menceritakan masalahku padanya, dia mengerti dengan perasaan.ku saat ini, tak ingin terlalu memaksakan pertanyaan, akhirnya dia mengantar.ku pulang. Di jalan, dia menghiburku dengan lelucon konyol yang di buatnya, hingga tak kusadari malam itu pertama kalinya aku tertawa bebas setelah peristiwa terpahit dalam hidupku. Aku begitu senang, hingga sesampainya dirumah dia erus membuat lelucon konyol, bahkan kami lupa bahwa hari itu sudah hampir jam 12 malam. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang.
Keesokan harinya adalah hari minggu, aku terbangun dari tidurku ketika ku dengar suara klakson sepedah motor. Saat ku buka, ternyata itu adalah kak Dion. Cepat-cepat ku buka pintu rumah dan ku hampiri dia, “ada apa kak ? tumben pagi-pagi udah nongol ?”. “ga ada apa-apa kok, Cuma mau ngajak main, main yuuk ? dari pada bosen dirumah ? ” ajaknya. “wah boleh tuh, tungguin bentar ya ? mandi dulu, masuk yuk kak ?” ajakku. “ehhmm.. sini aja deh, pokoknya jangan lama-lama loh ya ! ntar kalo lama keburu akunya di krubungi cewek-cewek, heheh” jawabnya. “oke deh, tungguin ya”. Kak Dion mengacungkan jempol tanda setuju, buru-buru aku berlari menuju kamar mandi lalu kuteruskan memilih pakaian yang cocok dan mengambil roti dan ku makan sambil berlari.
Kak Dion melihat tingkahku dengan tersenyum, lalu kami berangkat jalan-jalan ke tempat yang indah . Kak Dion mengajakku ke sebuah danau kecil, disana banyak ikan-ikan mas tanda keberuntungan, air mancur dan juga banyak burung merpati, tempat itu begitu indah. Kami bermain-main dengan hewan-hewan kecil disana. Aku melihat sosok kak Dion yang berbeda disana, yang ku tahu dia adalah anak yang cukup jahil di sekolah, tapi disini kulihat kak Dion yang penyayang, hangat dan begitu indah. Sungguh momen yang tak terlupakan dalam hidupku.
Kami istirahat sejenak di sebuah kafe, disana kak Dion berkata sesuatu yang cukup mengejutkan. Dia mngungkapkan perasaannya kepadaku. Haahh ? aku sempat tidak percaya, apa yang harus ku lakukan ? kaki dan tanganku terasa kram, jantungku berdegup cepat, dan aku masih kebingungan. “ehm,, beri aku waktu buat jawab ya kak, aku masih bingung” jawabku. “okeh, tapi dijawab ya, aku tungguin kok” balas kak Dion melegakan, akhirnya kami meneruskan acara makan-makan indah ini.
“krrriing” telfon.ku bordering dengan nama “dr. Subrata” aku meminta izin keluar sebentar pada kak Dion dan dia pun mengizinkan. Diluar dokter berkata pada.ku bahwa keadaan ibuku semakin memburuk, aku sempat shock mendengarnya aku hanya bisa menangis dan tak bisa berfikir jernih lagi. Tanpa kusadari aku berjalan sendiri, menyebrangi jalan, tak ku hiraukan mobil ataupun motor yang lewat. Kak Dionpun keluar dari kafe itu, mungkin dia ingin mencariku karena merasa waktuku terlalu lama diluar.
Sebuah mobil lewat mendekati tubuhku, aku masih saja tetap berjalan dengan pikiran kosong. Hingga akhirnya ku sadari ada seseorang yang mendorongku dan menggantikan posisiku.”bruukk” tubuhnya terpental dan berlumuran darah, aku tersadar, kulihat orang itu dengan pandangan pilu. Ku sadar bahwa orang itu adalah seseorang yang kukenal, seseorang yang baru saja memberikan keindahan dalam hidupku, seseorang yang baru saja mengungkapkan perasaanya kepadaku.
Dengan sediki sadar, ku biarkan dia terbaring dalam pangkuanku. Aku menangis, terus menangis, “ kak, kuat kak, jangan tinggalin aku, aku nggak bisa tanpa kamu kak, kak, aku baru saja mau jawab pertanyaan kakak, aku mau kak, aku mau menemani hari-hari kakak, kita nglewati hari-hari bersama, sampai tua kak” kataku sambil menangis. Aku terus menangis, berharap seseorang dalam pangkuanku itu membuka matanya, hingga akhirnya dia mengeluarkan suara “ sabar yy bil, bentar lagi aku sembuh kok, aku sayang sama kamu, dari dulu malah, tapi maaf, aku harus pergi tapi bisa nggak kamu peluk aku buat yang terakhir kalinya? “ jawab kak Dion sambil terbata-bata. Tanpa piker panjang aku langsung memeluk tubuh tak berdaya itu. Memeluknya erat-erat hingga ada sebuah bisika ucapan terima kasih. Dari situlah aku tau, bahwa tubuh dalam pelukanku itu sudah tidak bernyawa lagi.
Keesokan harinya adalah hari pemakamannya, aku terdiam, tak dapat kukeluarkan air mata, meskipun hatiku begitu amat sangat terluka. Semua orang mengucap duka padaku, hingga seorang teman berkata hal yang sama seperti yang terakhir kali di ucapkan kak Dion, bahwa dia sudah memilihku sejak dulu. Hal itu semakin membuatku terdiam dan terbayang-bayang kejadian waktu itu. “Andai bukan dia yang menggantikan.ku, dan andai aku tidak dalam posisi itu” begitu yang aku fikirkan hingga pemakaman usai.
Hari-hari kulalui berbeda dengan biasanya, penyemangat dalam hidupku pun sudah tiada lagi, aku tak bisa lagi tersenyum, sekalipuun ku temui 1000 orang seperti kak Dion. Bahkan mungkin orang lain menganggapku gila, tapi mereka tak tau apa yang ku rasakan. Aku ingin tertawa, tapi hati menolak, ingin berbagi tapi hati tak ingin. Yang bisa kulakukan sekarang hanya terperangkap dalam hati yang mati, tanpa ada sesuatu yang bisa membuatnya bersinar, walaupun hanya seberkas cahaya.